-->

MUHASABAH (Introspeksi Diri)

Bermuhasabah
Bersikap Jujur pada diri sendiri adalah tidak mudah. Ada orang melihat dirnya lebih daripada ukuran yang sesungguhnya; dan adapula yang melihat dirinya lebih rendah dari ukuran yang sesungguhnya. Oleh karena itu inti dari Muhasabah adalah bersikap jujur dalam melihat dirinya sendiri serta melihat diri kita secara benar dan tepat.
Kalau kita mau melihat diri kita secara jujur, niscaya kita akan mempunyai kejujuran kepada Alloh SWT dan mengerti terhadap ketentuan-Nya. Para ulama Salafus-shalih telah membantu kita untuk bisa bersikap jujur terhadap diri sendiri. Mereka telah mengajarkan kepada kita tiga jenis bacaan yang harus sering kita baca secara rutin.

Pertama, Istighfar (memohon ampunan) dengan membaca:


استغفر الله العظيم الذى لااله الا هوالحى القيوم واتوب اليه
Aku memohon ampunan kepada Alloh yang maha agung; dzat yang tiada tuhan selain dia; yang maha hidup, yang maha mengurus makhluq-Nya dan aku bertaubat kepada-Nya.

Kita harus berusaha bacaan Istighfar tersebut bisa kita rasakan dalam hati, bukan hanya diucapkan dengan lisan saja.

Kedua, agar kita cepat menuju kepada Alloh SWT maka sebaiknya kita membaca doa:

حسبنا الله ونعم الوكيل نعم المولى ونعم النصير ولاحول ولاقوة إلا بالله العلي العظيم

Cukuplah Alloh Bagi kami, dan Alloh adalah sebaik-baik pelindung; sebaik-baik peimpinan dan penolong. Tiada daya dan upaya kecuali dengan (Pertolongan) Alloh yang maha luhur lagi maha agung.

Ketiga, mengikuti teladan Nabi Yunus As. Nabi Yunus As pernah dikungkung oleh Alloh SWT didalam pertu ikan paus. Dalam konteks kehidupa kita kungkunga tersebut bisa berarti lahiriyah maupun maknawiyah. Kungkungan secara lahiriyah berarti diri kita yang dipenjara, sedangkan kungkungan maknawiyah adalah hati kita yang dipenjara. Ketika hati kita telah terkungkung maka kita tidak mampu melihat diri kita sendiri sehingga kita mempunyai sikap GR (Gedhe Rumongso) atau KR (Kecil Rumongso). Adapun do’a yang dibaca oleh Nabi Yunus As adalah:

لَّآ إِلَٰهَ إِلَّآ أَنتَ سُبۡحَٰنَكَ إِنِّي كُنتُ مِنَ ٱلظَّٰلِمِينَ ٨٧
…tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim"

Berdasarkan kisah tersebut, maka harus ada pengakuan terhadap kezhaliman yang pernah kita lakukan. Nabi Yunus As saja mengakui tentang kezhalimannya terhadap diri sendiri maupun kepada orang lain. Mengapa kita yang hanya manusia biasa bersikap sombong?
Akhrnya, marilah kita membaca bacaan diatas sedapat mungkin dan tidak perlu memakai hitungan untuk membacanya, mengingat dosa yang kita sudah terlalu banyak dan tak lagi dapat dihitung. Oleh karena itu, semakin banyak membaca bacaan tersebut, semakin besar manfaatnya.

Jika kita tidak bisa melafalkan bacaan tersebut sebagai bentuk pengakuan terhadap dosa yang telah kita perbuat, maka kita boleh menggunakan bahasa Indonesia, jawa dan lain sebagainya, karena hal itu lebih baik daripada sama sekali tidak mengakui dosa yang telah kita perbuat. Meskipung demikian, kita harus tetap berusaha untuk melafalkan bacaan tersebut dengan menggunakan bahasa arab, mengingat bacaan-bacaan tersebut merupakan bagian dari ayat alqur’an sebagaimana yang telah disampaikan oleh Rosululloh SAW.
Marilah kita bersama-sama mengurangi dosa-dosa kita. Jika kejelekan kita suda turun kadarnya, maka kebaikan kita akan naik dengan sendirinya. Sebagaimana teori bejana berhubungan. Jika kita bisa melakukannya Insyaa Alloh kita akan diberi Fadhol oleh Alloh SWT. Yang dimaksud fadhol adalah kelebihan kita diatas rata-rata. Kemudian jika kita sudah dinilai mampu menerima fadhol maka kita akan menerima Ma’unah (pertolongan) dari Alloh SWT. Ma’unah inilah yang membuat kemampuan dan efektifitas kita bisa melebihi kekuatan diri kita yang sesungguhnya. 

0 Response to "MUHASABAH (Introspeksi Diri)"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel